Menyantuni Anak Yatim Menyejukkan Hati
Inginkah
hati Anda menjadi lembut dan damai? Rasulullah SAW memberi resep untuk
itu. Kata beliau, ”Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai
dan Anda mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya,
dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau
lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan keinginanmu akan tercapai.
(HR Thabrani).
Hadis tersebut memberikan petunjuk kepada umat Islam bahwa salah satu
sarana untuk menenangkan batin dan mendamaikan hati ini adalah
mendekati anak yatim, terlebih yatim piatu. Mengusap kepala
mereka(menyayangi) dan memberinya makan minum merupakan simbol
kepedulian dan perhatian serta tanggung jawab terhadap anak yatim/piatu.
Berbuat baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah sekadar turut
membantu menyelesaikan lapar dan dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain
perbuatan itu merasuk ke dalam batin, menenteramkan hati, dan
mendamaikan perasaan orang yang memberi perhatian kepada mereka.
Berbagai ayat Alquran dan hadis Nabi banyak membicarakan betapa mulianya
kedudukan anak yatim/piatu di mata Allah SWT.
Di dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan
kekerasan kepada anak yatim/piatu. Firman Allah SWT: ”Adapun terhadap
anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.” Anak yatim yang
ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan
ayah-ibunya, mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik
keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Ia mengharapkan tumpuan
kasih sayang dan sebaliknya juga sekaligus menjaga sumber kasih dan
ketenangan itu. Orang yang menenangkan hati dan perasaan anak yatim, ia
pun akan memperoleh balasan seperti itu pula, yakni ketenangan batin.
Rasulullah SAW terkenal dengan kelemahlembutannya yang demikian
tinggi terhadap anak yatim/piatu. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa
pada suatu hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW melihat seorang anak
yatim, lalu beliau mengelus dan merangkulnya, berbuat baik padanya,
membawa anak itu ke rumah beliau, lalu berkata kepada anak yatim itu,
”Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi
ibumu?”
Jadi, anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan batin, mendekati dan
berbuat baik kepadanya akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau anak
yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan
hidup kepada mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar