“Dalam sebuah kisah di masa tabi’it tabi’in. Ada seorang pemuda yang bernama Ubaidilah bin ‘Umar yang memiliki tekad untuk selalu shalat berjamaah di awal waktu sepanjang umurnya tanpa pernah meninggalkannya sekali pun. Selalu saja ia melakukan hal tersebut terus menerus. Namun suatu kali, pada waktu shalat Isya di masjid yang biasa dia shalat, dia tertinggal. Ketika dia datang ke masjid, shalat berjamaah sudah selesai. Maka langsung dia bergegas mencari masjid lain. Ternyata sudah selesai juga. Berlari ia mencari masjid lain, pun sudah selesai. Akhirnya ia memutuskan untuk shalat Isya sendiri di rumah sebanyak 27 kali berharap bisa menggantikan shalat berjamaah yang sudah ia tinggalkan. Malamnya ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia bersama sahabatnya berpacu dengan kudanya masing-masing. Namun ia selalu tertinggal. Meskipun dia selalu berusaha untuk mengejarnya tapi dia tak pernah bisa mengejar teman-temannya itu. Salah seorang temannya berkata dalam mimpinya itu, “engkau tidak akan pernah bisa menyusul kami, karena kami shalat berjamaah sementara engkau shalat sendirian.”
Pernahkah Anda naik angkot? Terutama ketika Anda sedang berada di
Kota Bogor. Yah.. cukup banyak angkot di kota ini. Malah bisa dibilang
terlalu banyak, sampai-sampai ada julukan baru buat kota Bogor yaitu
kota sejuta angkot akibat terlalu banyaknya angkot yang berlalu-lalang
sehingga seringkali menjadi kambing hitam sebagai penyebab utama
kemacetan yang ada di kota Bogor. Ada juga yang bilang Bogor kota yang
hijau, lagi-lagi karena angkotnya yang berwarna hijau.
Banyaknya pesaing, setoran yang tinggi, membuat para supir angkot
berusaha keras mendapatkan setoran sebanyak mungkin. Salah satu cara
mereka adalah dengan sabar mereka menunggu penumpang yang berakibat
tidak sabarnya penumpang yang sudah naik karena terlalu lama ngetem.
Dari segala macam pernak-pernik kehidupan para supir angkot yang bekerja
sangat keras sampai mereka lupa akan mandi, makan(mungkin) terlebih
soal ibadah. Sebenarnya, jika soal ibadah bukan hanya supir angkot saja
yang lupa, pedagang, karyawan bahkan mahasiswa pun juga banyak yang
meninggalkan ibadah mereka, dalam hal ini shalat 5 waktu. Kenapa
shalat?. Ya, Nabi kita berkata, yang membedakan seorang muslim dengan
yang orang kafir adalah shalat.
Namun di tengah persaingan yang tinggi tersebut, ada satu yang
menurut saya adalah sebuah fenomena, yang biasa saya saksikan sendiri
setiap harinya. Di masjid tempat saya biasa memimpin shalat, ada
sekumpulan supir angkot yang mereka tidak meninggalkan shalat di awal
waktu. Memang tidak seberapa hanya sekitar delapan sampai sebelas supir.
Dan tak setiap hari mereka melakukannya karena tidak setiap hari pula
mereka “narik” karena sistem rotasi yang diterapkan pemerintah kota
Bogor untuk mengurangi kemacetan. Tapi sungguh menakjubkan (buat saya)
jika mereka melakukannya di tengah “kesibukan” mereka mencari nafkah
yang tak ditentukan oleh jam kerja.
Jikalau ia seorang karyawan, maka ia dibatasi oleh jam kerja dan ada
jam istirahatnya. Jika ia seorang guru atau dosen maka ia pun mendapat
waktu yang sama. Tapi seorang supir, memang mereka bisa mengatur jam
kerja semau mereka, tetapi logikanya adalah jika mereka tidak “narik”,
maka mereka tidak akan mendapatkan penghasilan yang harus disetor.
Awalnya saya pikir hal ini adalah hal yang biasa. Karena saya hanya
memperhatikan mereka ketika shalat Jum’at. Tapi ternyata banyak juga
supir dengan nomor rute yang sama maupun beda tetap narik ketika shalat
Jum’at berlangsung. Perhatian saya yang kedua adalah shalat Maghrib. Pun
awalnya saya pikir ini adalah hal biasa juga karena waktu shalat
Maghrib cukup pendek hanya sekitar kurang lebih satu jam. Tapi mereka
melakukannya di awal waktu.
Baru saya terkagum-kagum ketika ada seorang supir yang shalat di
masjid kami, karena masjid kami dilalui oleh rute angkot tersebut,
selalu datang sebelum adzan berkumandang untuk menunggu shalat
berjamaah. Dan yang ia lakukan bukan hanya shalat Maghrib, tapi juga
Zhuhur, Ashar dan ‘Isya. Ya, setiap dia narik dia melakukan itu. Mang
Yudi namanya. Namun bukan Yudi yang menulis surat ini, karena yang
menulis bukan supir angkot melainkan hanya seorang marboth dari sebuah
masjid di pinggir pintu keluar tol Baranang Siang. Kemudian ada juga
kang Jamal. Dia pun melakukan hal yang sama tanpa mau kalah dari
rekannya sesama supir. Dan bukan cuma mereka, ada belasan supir lagi
yang terbiasa shalat di masjid kami. Meskipun kadang tidak di awal
waktu.
Mereka bukanlah siapa-siapa. Tak banyak yang menganggap mereka
sebagai bagian penting dalam hidupnya. Bahkan banyak yang melecehkan
mereka hanya karena profesi mereka. Sungguh, buat saya ini merupakan
sebuah fenomena tersendiri di tengah fenomena banyaknya orang yang
meninggalkan shalat di awal waktu. Padahal sudah jelas nabi mengancam
akan membakar rumah mereka yang meninggalkan shalat berjamaah. Para
ulama fiqih pun mewajibkan shalat di awal waktu, kecuali Imam Syafi’i
yang menetapkan sebagai sunnah muakadah yang artinya sangat dianjurkan
meskipun ia tidak pernah meninggalkannya. Lalu Hasan al Banna dalam
wasiatnya agar tidak meninggalkan shalat di awal waktu. Atau seorang
mujahid Syeikh Abdul Aziz Rantisi yang pernah meninggalkan pengadilan
Israel ketika sedang disidang hanya untuk melaksanakan shalat di awal
waktu tanpa pernah takut bahwa hukumannya akan diperberat.
Tidak cukupkah pesan ini sampai kepada kita sehingga kita masih
meninggalkan shalat berjamaah di masjid di awal waktu? Terlebih buat
mereka yang mengaku sebagai aktivis Islam, para penggiat dakwah yang
selalu berusaha menyampaikan dakwahnya. Akankah kita kalah oleh mereka
para supir angkot yang shalih ini hanya gara-gara shalat yang mungkin
kita anggap sepele? TIDAK!!…ini bukan hal SEPELE!! Ini masalah BESAR.
Tidak cukupkah kisah Ubaidilah bin Umar menjadi pelajaran bagi kita.
Jangan-jangan ketertinggalan bangsa kita disebabkan karena seringnya
kita meninggalkan shalat berjamaah di awal waktu.
Ya Allah.. ampuni segala dosa kami. Ya Allah..jangan Engkau jadikan
kami bangsa yang tertinggal karena kelalaian kami. Ya Allah.. berikan
kami kesempatan untuk mengejar ketertinggalan kami. Ya Allah.. hamba
bersyukur telah Engkau tempatkan di tengah orang-orang shalih yang
senantiasa mengingatMU siang dan malam.
Sungguh saya lebih senang bersama mereka para supir angkot yang
shalih ini daripada mereka yang mengaku para ulama yang berkumpul dalam
sebuah majelis. Mereka berkumpul di komplek masjid yang ternama di kota
Bogor. Namun ketika adzan dengan keras berkumandang mereka tetap
melanjutkan rapatnya tanpa sekalipun menghentikan aktivitasnya. Entah
apakah mereka menganggap apa yang mereka bahas itu lebih penting dari
shalat di awal waktu. Saudara-saudaraku… saya tidak ingin kalah dari
para supir angkot ini. Bagaimana dengan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar