Rabu, 23 Januari 2013

Mana Dosa Yang Lebih Besar : Atheisme atau Syirik?


Pertanyaan : Mana dosa yang lebih besar, atheisme (tidak mengakui adanya Tuhan) atau syirik (menyekutukan Allah)?

Jawaban : Alhamdulillaah.
Ateisme, dalam terminologi modern, berarti menyangkal pencipta sama sekali, menyangkal bahwa Ia ada dan tidak mengakui Dia, ‘Azza wa Jalla. Alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya, sesuai dengan klaim mereka, datang murni secara kebetulan. Ini adalah pandangan aneh yang bertentangan dengan sifat fitrah manusia, akal dan logika, dan bertentangan dengan logika sederhana dan fakta-fakta yang tak terbantahkan.
Adapun syirik (Politeisme atau menyekutukan sesuatu dengan selain Allah), itu berarti keyakinan kepada Allah Ta’ala, dan penegasan tentang-Nya, tetapi juga ada keyakinan kepada sekutunya dalam penciptaan-Nya, yang menciptakan atau memberikan rezeki atau membawa manfaat atau menolak kerusakan. Maka ini adalah syirik dalam al-rububiyyah (menyekutukan Allah dalam ketuhanannya). Atau itu bermakna percaya kepada sesuatu selain Allah di mana ibadah ditujukan kepadanya sebagai tindakan cinta dan dan penghormatan, ibadah tersebut ditujukan kepada sesuatu selain Allah yang (seharusnya, -pent) hal tersebut ditujukan kepada Allah Ta’ala. Maka ini adalah syirik al-’ibaadah (menyekutukan sesuatu selain Allah dalam ibadah). Dengan mempelajari kedua penyimpangan ini, kita dapat melihat bahwa masing-masing melibatkan dosa dan kejahatan yang menjelaskan kepada kita bahwa mereka (adalah orang yang, -pent) buruk dan kita melihat bagaimana Allah menggambarkan mereka sebagai seperti binatang bodoh.

Allah berfirman:

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” [QS al-Furqaan 25:43-44]

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” [QS al-A’raaf 7:179]

Namun demikian, ateis yang menyangkal keberadaan Allah dan menolak Rasul-Nya dan tidak percaya dengan hari akhir, dalam keadaan yang lebih besar dari kekufuran dan keyakinannya lebih tercela daripada orang yang percaya kepada Allah dan akhirat, tapi ia mengaitkan sesuatu ciptaan-Nya dengan dia. Yang pertama keras kepala dan sombong sampai tingkat yang tidak dapat dibayangkan atau diterima oleh fitrah manusia. Orang seperti itu akan melanggar setiap batas dan jatuh ke dalam setiap dosa. Pandangannya tentang dunia akan menyimpang ke tingkat yang tak terbayangkan. Akan tetapi banyak pakar yang membahas masalah ateisme meragukan bahwa keyakinan ini memiliki akar di dalam hati ateis, dan mereka menegaskan bahwa ateis hanya mengaku ateisme secara lahiriah, dalam hati yang dalam ia percaya pada satu Tuhan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata banyak dalil menunjukkan bahwa kelompok ateis yang menyangkal dan menolak keberadaan Tuhan dalam keadaan yang kekufuran yang lebih buruk daripada musyrikin yang menyekutukan Allah. Kami kutip sebagian dari apa yang kita temui,

Beliau (Ibnu Taimiyah, -pent) berkata :
Kekufuran (kekafiran) berarti tidak percaya kepada Allah dan Rasul Nya, apakah itu menolak atau ragu dan tidak yakin tentang salah satu masalah (akidah, -pent) atau mengabaikan seluruh masalah (akidah, -pent) sama sekali, karena iri hati atau kesombongan atau mengikuti hawa nafsu dan syahwat mengalihkan orang dari mengikuti pesan (akidah yang benar, -pent). Namun, kafir yang menolak karena tidak percaya adalah dalam keadaan kekufuran yang lebih besar, meskipun orang yang menolak dan menyangkal karena iri hati, meskipun ia percaya bahwa para rasul membawa pesan kebenaran, juga dalam keadaan kekufuran.
Majmu’ al-Fataawa, 17/291

Beliau (Ibnu Taimiyah, -pent) juga berkata :
Seseorang yang menyangkal akhirat tetapi percaya bahwa alam semesta ini diciptakan, dijelaskan oleh Allah sebagai orang kafir. Seseorang yang menyangkal penciptaan itu, dan mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari kekekalan adalah kafir yang lebih buruk di mata Allah Ta’ala.
Majmu’ al-Fataawa, 17/291

Beliau(Ibnu Taimiyah) membantah orang yang menolak tentang ketuhanan:
(Menyangkal ketuhanan) menyiratkan penyangkalan lengkap yang mencapai titik yang mengatakan: tidak ada yang harus ada dan tidak bisa tidak ada. Jika dia percaya hal tersebut dan berkata: Aku tidak menegaskan keberadaan atau ketidakberadaan, maka jawabannya adalah: Misalkan Anda menyatakan hal tersebut secara lisan dan di dalam hatimu bahwa Anda tidak percaya salah satu dari dua hal tersebut (bahwa Allah ada atau tidak ada), bahkan Anda berpaling dari mengenal Allah dan menyembah dan mengingat Dia, sehingga Anda tidak pernah ingat Dia, menyembah Dia, berdo’a kepadanya, meletakkan harapan Anda kepada-Nya, atau takut kepada-Nya, maka dalam kasus) ini penyangkalan Anda kepada (keberadaan) Dia lebih buruk daripada Iblis yang (setidaknya) mengakuin-Nya..
Majmu’ al-Fataawa, 5/356.

Dan beliau (Ibnu Taimiyah) berkata :
Yang sombong adalah orang yang tidak mengakui Allah secara lahiriah, seperti Firaun. Dia adalah dalam keadaan yang lebih buruk dari kekufuran mereka (musyrikin Arab). Iblis, yang bekerjasama dalam semua itu dan menyukainya (kekufuran tersebut, -pent) dan terlalu sombong untuk menyembah Allah dan mentaatinya, adalah dalam keadaan yang lebih buruk dari kekufuran mereka (musyrikin), meskipun ia menyadari keberadaan dan kekuasaan Allah, sama seperti Firaun juga menyadari keberadaan Allah.
Majmu’ al-Fataawa, 7/633

Beliau (Ibnu Taimiyah) juga berkata:
Pandangan para filsuf –mereka yang mengatakan bahwa alam semesta kekal dan bergantung pada yang yang pasti harus ada– berasal dari pikiran dan hati orang-orang yang menyembah benda-benda dan membuat gambar mereka di bumi, seperti Aristoteles dan para pengikutnya.
Pandangan ini adalah kekufuran yang lebih buruk dan lebih sesat daripada musyrikin Arab yang percaya bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu keduanya dalam enam hari oleh dengan keinginan dan kekuasaan, akan tetapi mereka (musyrikin arab) memperanakkan anak laki-laki dan anak perempuan kepada-Nya (rujuk Surah al-An’am 6:100) dan menyekutukan sesuatu dalam ibadah kepada Allah, yang tidak Dia berikan izin sedikit pun tentangnya (rujuk QS Ali Imran 3:151).
Demikian pula, orang-orang permisif, yang tidak percaya pada perintah atau larangan Allah sama sekali dan merujuk kepada “Kehendak Tuhan” dan keputusan sebagai alasan untuk perbuatan mereka yang jahat, lebih buruk daripada orang-orang Yahudi, Kristen dan Arab musyrikin, karena meskipun yang terakhir kafir, mereka masih percaya pada perintah dan larangan, dan janji dan peringatan (yaitu Akhirat), tetapi mereka menyekutukan Allah (dengan Tuhan-Tuhan palsu) yang dijadikan agama yang tidak Allah turunkan (rujuk QS Syuraa 42:21), tidak seperti orang-orang permisif yang mengabaikan semua aturan (Allah) sama sekali.
Mereka hanya senang dengan apa pun sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu mereka, dan mereka marah karena keinginan dan hawa nafsu; mereka tidak ridho karena Allah, atau marah karensa Allah atau karena Allah, atau benci karena Allah; mereka menyuruh apa yang Allah telah perintahkan dan mereka tidak melarang apa yang Allah telah larang, kecuali yang sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu mereka, di mana mereka melakukannya untuk tujuan itu (memenuhi hawa nafsu, -pent) dan bukan dalam ketaatan kepada Tuhan mereka.
Oleh karena itu mereka tidak menentang kekufuran, perbuatan jahat dan dosa kecuali jika hal itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsu mereka, yang didorong oleh sifat mereka yang jahat dan bukan didorong oleh aturan dari Allah dan kecintaan kepada Allah. Maka setan menjerumuskan mereka lebih dalam ke dalam kesalahan, dan mereka tidak segera berhenti (rujuk QS al-A’raaf: 7:202), dan setan akan menunjukkan diri kepada mereka dan memenuhi keinginan dan hawa nafsu mereka, sebagai setan-setan pun membantu orang-orang yang musyrik dan menyembah berhala.
Majmu’ al-Fataawa, 8/457-458.

Syaikh Ibnu Baaz (rahimahullah) berkata:
Adalah syirik menyembah sesuatu selain Allah, apa pun itu, hal itu dapat disebut syirik atau kekufuran. Siapa pun yang berpaling dari Allah sama sekali dan mengarahkan ibadahnya kepada sesuatu selain Allah, seperti pohon, batu, berhala, jin, atau orang mati (yang dianggap shalih, – pent), orang-orang yang mereka sebut sebagai para wali, menyembah mereka atau berdoa kepada mereka atau puasa untuk mereka, dan melupakan Allah sama sekali – dan ini adalah jenis terburuk dari kekufuran dan syirik. Kita memohon keselamatan dan ampunan kepada Allah.
Hal yang sama berlaku untuk menyangkal keberadaan Allah dan mengatakan bahwa tak ada Allah dan hidup adalah materi, seperti komunis dan ateis yang menyangkal keberadaan Allah. Mereka adalah orang-orang kafir terburuk di antara manusia, paling hancur, yang paling paling terlibat dalam syirik dan paling sesat. Kami meminta kepada Allah keselamatan dan ampunan.
Majmu’ Fataawa Ibn Baaz, 4/32-33

Beliau (Syaikh bin Baaz rahimahullah) juga berkata :
Daging yang disembelih oleh komunis (baca: atheis, – red) adalah haram dan seperti daging dari Majusi dan penyembah berhala, bahkan daging mereka bahkan lebih haram, karena derajat kekufuran mereka lebih besar karena ateisme mereka dan penolakan mereka terhadap Sang Pencipta (Subhanahu wa Ta’ala) dan Rasul-Nya, dan berbagai jenis lainnya dari kekufuran mereka.
Majmu’ Fataawa Ibn Baaz, 23/30

Allahu A’lam.

Tidak ada komentar: